Minggu, 10 April 2011

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, ASUPAN KARBOHIDRAT DAN SERAT DENGAN PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH

Perubahan pola makan serba instant,
tinggi lemak, banyak mengandung gula dan
protein, ditambah kurangnya olahraga
menjadikan semakin banyak orang mengalami
obesitas. Kondisi ini harus dicegah
karena selain mengurangi estetika penampilan
diri, obesitas juga memicu timbulnya
beragam penyakit seperti diabetes melitus
(DM).
Diabetes melitus merupakan penyakit
endokrin yang paling umum ditemukan.
Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia
dan glikosuria (Budiyanto, 2002). Di antara
tipe DM yang ada, DM tipe 2 adalah jenis
yang paling banyak ditemukan (lebih dari
90%). Kekerapan DM tipe 2 di Indonesia
berkisar antara 1,5-2,3% kurang lebih 15
tahun yang lalu, tetapi pada tahun 2001
survei terakhir di Jakarta (Depok) menunjukkan
kenaikan yang sangat nyata yaitu
menjadi 12,8% (Suyono, 2005). Menurut
Sujudi (2003), sekitar 2,5 juta jiwa atau
1,3% dari penduduk Indonesia setiap tahun
meninggal dunia karena komplikasi DM.
WHO memastikan peningkatan
penderita DM tipe 2 paling banyak akan
terjadi di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia. Sebagian peningkatan
jumlah penderita DM tipe 2 karena kurangnya
pengetahuan tentang pengelolaan DM.
Pengetahuan pasien tentang pengelolaan
DM sangat penting untuk mengontrol
kadar glukosa darah. Penderita DM yang
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
diabetes, kemudian selanjutnya mengubah
perilakunya, akan dapat mengendalikan
kondisi penyakitnya sehingga dapat
hidup lebih lama (Basuki, 2005).
Menurut penelitian Ratnasari (2004),
pasien DM rawat jalan di Poli Penyakit
Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta
sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan rendah yaitu 51,61%. Hasil
penelitian serupa oleh Suparni (2005)
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
tentang pengelolaan DM yang pengetahuannya
baik sebesar 73,33% dan pengetahuan
rendah sebesar 26,67%.

Tingkat pengetahuan yang rendah
akan dapat mempengaruhi pola makan
yang salah sehingga menyebabkan kegemukan,
yang akhirnya mengakibatkan
Mellitus. The method of the research was observational with cross-sectional. Data of knowledge
level were taken from questioner. The data of carbohydrate and fiber intake were taken
from 24 hour food recall and food record during 3 days. The data analysis was using Rank
Spearman and Pearson Product Moment. The result indicate there are the average of respondents
age is >40 years, most of the respondents are female (53,3%), the education background
is senior high school and junior high school (63,3%). The average of carbohydrate
intake is 45,94%, eventhough fiber intake just 8,13 g. The average of knowledge score is
83,99%, fasting blood glucose is 163,17 g/dL and 2 hour post prandial glucose is 216 g/dL.
There is a relationship between degree of knowledge and fasting blood glucos, however no
relationship between carbohydrate and fiber intake as well as fasting blood glucose and 2 hour
post prandial glucose. Result of research have as conclusion that level of knowledge about
nutrition therapy corelated with fasting blood glucose level on type 2 diabetic patients.
Keywords: Blood glucose level, carbohydrate, fiber, and degree of knowledge.
132 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 130 - 138
kenaikan kadar glukosa darah. Diperkirakan
sebesar 80-85% penderita DM tipe
2 mengidap kegemukan. Hal ini terjadi
karena tingginya asupan karbohidrat dan
rendahnya asupan serat. Salah satu upaya
pencegahan DM adalah dengan perbaikan
pola makan melalui pemilihan makanan
yang tepat. Semakin rendah penyerapan
karbohidrat, semakin rendah kadar glukosa
darah. Kandungan serat yang tinggi dalam
makanan akan mempunyai indeks glikemik
yang rendah sehingga dapat memperpanjang
pengosongan lambung yang dapat
menurunkan sekresi insulin dan kolesterol
total dalam tubuh.

sumber dari:
http://eprints.ums.ac.id/1415/1/4._UCIK_c.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar